Minggu, 12 Mei 2013

Keadilan Sosial

Negara pancasila adalah negara kebangsaan yang berkeadilan sosial, yang berarti bahwa negara sebagai penjelmaan manusia sebagai Makhluk Tuhan Yang Maha Esa, sifat kodrat individu dan makhluk sosial bertujuan untuk mewujudkan suatu keadilan dalam hidup bersama (Keadilan Sosial). Keadilan sosial tersebut didasari dan dijiwai oleh hakikatnya adalah adil dan beradab, yang berarti manusia harus adil terhadap diri sendiri, adil terhadap Tuhannya, adil terhadap orang lain dan masyarakat serta adil terhadap lingkungan alamnya.

Dalam hidup bersama baik dalam masyarakat, bangsa dan negara harus terwujud suatu keadilan (Keadilan Sosial), yang meliputi tiga hal yaitu : keadilan distributif (keadilan membagi), yaitu negara terhadap warganya, keadilan legal (keadilan bertaat), yaitu warga terhadap negaranya untuk mentaati peraturan perundangan, dan keadilan komutatif (keadilan antar sesama warga negara), yaitu berhubungan keadilan negara antara warga satu dengan lainnya secara timbal balik(Notonagoro,1975).

Sebagai suatu negar berkeadilan sosial maka negara Indonesia yang berlandaskan Pancasila sebagai suatu negara kebangsaan,bertujuan untuk melindungi segenap warganya dan seluruh tumpah darah, memajukan kesejahteraan umum, serta mencerdaskan warganya(tujuan khusus). Adapun tujuan dalam pergaulan antar bangsa di masyarakat internasional berprinsip dasar pada kemerdekaan serta keadilan dalam hidup masyarakt.

Realisasi dan perlindungan dalam hidup bersama dalam suatu negara kebangsaan, mengharuskan negara untuk menciptakan suatu peraturan perundang-undangan. Dalam pengertian inilah maka negara kebangsaan yang berkeadilan sosial harus merupakan suatu negara yang berdasarkan atas hukum. Sehingga sebagai suatu negara hukum harus terpenuhi adanya tiga syarat pokok yaitu ; pengakuan dan perlindungan atas hak-hak asasi manusia, peradilan yang bebas, dan legalitas dalam arti hukum dalam segala bentuknya.

Lima Wujud Keadilan Dalam Perbuatan Dan Sikap

1. Selanjutnya untuk mewujudkan keadilan sosial tersebut, diperinci perbuatan dan sikap yang perlu dipupuk, yaitu : perbuatan luhur yang mencerminkan sikap dan suasana kekeluargaan dan ketergotoroyongan.

2. Sikap adil terhadap sesama, menjaga keseimbangan antara hak dan kewajiban serta menghormati hak-hak orang lain.

3. Sikap suka memberikan pertolongan kepada orang yang memerlukan.

4. Sikap suka bekerja keras.

5. Sikap menghargai hasil karya orang lain yang bermanfaat untuk mencapai kemajuan dan kesejahteraan bersama.

Sumber:

http://susantnext.blogspot.com/2012/03/teori-keadilan-sosial.html

http://sarahabibah.blogspot.com/2012/06/5-wujud-keadilan-sosial-dalam-perbuatan.html

Manusia Dan Penderitaan

http://www.youtube.com/watch?v=jAs7KAIN2GE

Dr. Orison Swctt Marden dalam bukunya, Menindas wasangka dan rasa takut, peperangan, kejahatan, penyakit, kemelaratan ataupun kelaparan sebagai musuh besar kita, meski bagaimanapun hebatnya belumlah boleh kita namakan musuh terbesar manusia, karena menurut ahli ini ada sesuatu yang lebih merupakan musuh utama manusia yaitu “ RASA TAKUT ” .

Gangguan seperti penyakit, bencana kelaparan ataupun peperangan itu tidak setiap hari datangnya pada kita. Mereka tidak bisa begitu saja merajalela dan merusak ketentraman hidup manusia. Justru rasa takutlah yang setiap saat menghinggapi diri kita. Memang bila kita selidiki maka sebenarnya kita jusru lebih banyak mendenita karena takut gagal, takut merasa sakit dan sebagainya, daripada menderita karena kegagalan atau menderita karena sakit itu sendiri. Kita takut pada sesuatu lama sebelum malapetaka itu sendiri datang mengganggu kita.

Kadangkala demikian kuatnya daya khayal itu merasuk pada diri seseorang sehingga dapat menyebabkan gangguan jiwa yang disebut dcngan PHOBIA. Perkataan ini berasal dan bahasa Yunani yang artinya takut, sedangkan rasa takut itu sendiri merupakan suatu yang sangat penting bagi kita dalam kehidupan ini. Rasa takut atau kuatir membuat kita bcrhati-hati dan membuat kita merasa perlu memanggil ambulance jika ada kecelakaan, jadi rasa takut memperingatkan kita setiap ada bahaya. Tetapi phobia adalah rasa takut yang terlalu dibesar-besarkan, di mana sebenarnya tidak ada perlunya. Akibatnya akan menjadi penyakit psikis dan medis, sehingga harus ditangani oleh dokter.dan bila hal itu dibiarkan terus-menerua akan menjadi penyakit kejiwaan.

Tak terbayangkan rasa takut yang dialami oleh rakyat palestina dikarenakan kekejaman zionis yang terus menerus menyerang negeri palestina melalui serangan darat, maupun udara. Keinginan Israel untuk menguasai Palestina, mengingat kawasan tersebut merupakan kawasan yang sangat penting, kawasan yang strategis dari sisi politik, budaya, ekonomi, kawasan yang memiliki keistimewaan yang tiada duanya. Menguasai Palestina berarti menguasai semua jalur utama politik dan ekonomi dunia. Penguasaan atas Palestina berarti menguasai seluruh kawasan (Timur Tengah) dan kawasan Islami. Menguasai Palestina berarti menguasai bridge-head di jantung dunia untuk menguasai semua bangsa. Dan tentu saja, penguasaan Palestina adalah cita-cita historis sebagian kekuatan-kekuatan barat. Dalam kondisi seperti itulah, maka tidak heran jika Israel sangat berkeinginan merebut dan menduduki Palestina, dengan mengarahkan segala kekuatan yang dimiliki dan melalui cara apapun agar tujuan mereka dapat tercapai.

Dengan berbagai bombardir yang dilakukan tentara Israel hingga memblokade suplai bahan-bahan penting seperti makanan, bahan bakar dan obat-obatan. Rakyat Palestina tidak gentar melawan Israel, karena Allah SWT sendiri menjanjikan kemenangan atas Palestina seperti yang tertuang dalam hadis berikut ini “Tidak akan terjadi hari kiamat, sehingga muslimin memerangi Yahudi. Orang-orang Islam membunuh Yahudi sampai Yahudi bersembunyi di balik batu dan pohon. Namun batu atau pohon berkata, “Wahai muslim, wahai hamba Allah, inilah Yahudi di belakangku, kemarilah dan bunuh saja. Kecuali pohon Gharqad (yang tidak demikian), kerana termasuk pohon Yahudi.” (HR Muslim dalam Shahih Jami ‘As-shaghir no. 7427)

Hadis tersebut menjadi penghibur derita, pelipur lara dan harapan bagi umat Islam yang sempat merasakan kebengisan Yahudi secara lebih nyata. Bahawasanya Israel yang bukan manusia itu pasti akan dikalahkan, mati kutu dan mati. Ini adalah sebuah kepastian, kerana yang berkata bukan sebarang orang. Yang berkata adalah seorang yang paling dekat kepada Allah SWT, iaitu Nabi Muhammad SAW.

 

Sumber :

http://www.facebook.com/l.php?u=http%3A%2F%2Fbuletinmitsal.wordpress.com%2Fperspektif%2Fperlawanan-rakyat-palestina-sebuah-pilihan-dan-kemestian%2F&h=2AQGBJRb4

 

Manusia Dan Cinta Kasih

http://www.youtube.com/watch?v=fFZVM8EDbKA

 

Laskar Pelangi merupakan sebuah judul novel karya ANDREA HIRATA yang terbit pada tahun 2005. Novel yang akhirnya di-film-kan  bahkan yang terakhir dibuat menjadi sebuah drama musikal yang manggung di sejumlah kota besar di indonesia. Diangkat dari kisah nyata yang dialami oleh penulisnya sendiri, buku “Laskar Pelangi” menceritakan kisah masa kecil anak-anak kampung dari suatu komunitas Melayu yang sangat miskin Belitung. Anak orang-orang ‘kecil’ yang mencoba memperbaiki masa depan mereka.

Kisah ini dimulai dengan adanya ancaman dari Dinas Pendidikan (yang saat itu masih berbentuk Depdikbud) setempat untuk menutup sekolah mereka bila jumlah murid tidak mencapai 10 orang. SD Muhammadiyah (sekolah penulis ini), tampak begitu rapuh dan menyedihkan dibandingkan dengan sekolah-sekolah PN Timah (Perusahaan Negara Timah). Mereka tersudut dalam ironi yang sangat besar karena kemiskinannya justru berada di tengah-tengah gemah ripah kekayaan PN Timah yang mengeksploitasi tanah ulayat mereka.Hal ini dikarenakan kesadaran warga desa Gantung, Belitung Timur yang rendah untuk urusan pendidikan. Hingga pada akhirnya Harun lah yang menjadi murid ke-10 dan sekolah mereka tersebut batal untuk ditutup.

Kesulitan terus menerus membayangi sekolah kampung itu. Sekolah yang dibangun atas jiwa ikhlas dan kepeloporan dua orang guru, seorang kepala sekolah yang sudah tua, Bapak Harfan Efendy Noor dan ibu guru muda, Ibu Muslimah Hafsari, yang juga sangat miskin, kecintaan keduanya terhadap profesi mereka yaitu guru sehingga mereka terus berusaha mempertahankan semangat besar pendidikan dengan terseok-seok. Sekolah yang dihidupi lewat uluran tangan para donatur di komunitas marjinal itu begitu miskin: gedung sekolah bobrok, ruang kelas beralas tanah, beratap bolong-bolong, berbangku seadanya, jika malam dipakai untuk menyimpan ternak, bahkan kapur tulis sekalipun terasa mahal bagi sekolah yang hanya mampu menggaji guru dan kepala sekolahnya dengan sekian kilo beras, sehingga para guru itu terpaksa menafkahi keluarganya dengan cara lain. Sang kepala sekolah mencangkul sebidang kebun dan sang ibu guru menerima jahitan.

Kendati demikian, keajaiban seakan terjadi setiap hari di sekolah yang dari jauh tampak seperti bangunan yang akan roboh. Semuanya terjadi karena sejak hari pertama kelas satu sang kepala sekolah dan sang ibu guru muda yang hanya berijazah SKP (Sekolah Kepandaian Putri) telah berhasil mengambil hati sebelas anak-anak kecil miskin itu. Ketika tiga orang anak anggota laskar pelangi (Ikal, Lintang, dan Sahara) berhasil menjuarai lomba cerdas tangkas mengalahkan sekolah-sekolah PN dan sekolah-sekolah negeri. Suatu prestasi yang puluhan tahun selalu digondol sekolah-sekolah PN. Prestasi mereka tidak pernah luput dari peran serta Bu Muslimah, seorang guru yang pantang menyerah dan berdedikasi penuh terhadap kemajuan anak didiknya. Kesabaran Bu Muslimah tersebut memang terbukti tidak sia - sia. Bu Muslimah jugalah yang memberikan nama Laskar Pelangi. Sebuah nama yang diambil berdasarkan kesukaan anak didiknya terhadap pelangi.

Bu Muslimah pernah berkata bahwa guru yang mampu menyampaikan pelajaran kehidupan pada siswanya adalah guru yang berhasil dalam pengajaran. Dan guru yang mengajarkan kehidupan tidak harus pintar. kata dia, seorang guru juga harus bijaksana. Murid dengan karakter, pendiam, usil, pintar, lambat mengerti adalah tantangan bagi seorang guru. Guru yang bijak bisa memahami keinginan murid-muridnya.

Meskipun awal tahun 90-an sekolah Muhamaddiyah itu akhirnya ditutup karena sama sekali sudah tidak bisa membiayai diri sendiri, tapi semangat, integritas, keluruhan budi, dan ketekunan yang diajarkan Pak Harfan dan Bu Muslimah tetap hidup dalam hati para laskar pelangi.

Akhirnya kedua guru itu bisa berbangga karena diantara sebelas orang anggota laskar pelangi sekarang ada yang menjadi wakil rakyat, ada yang menjadi research and development manager di salah satu perusahaan multi nasional paling penting di negeri ini, ada yang mendapatkan bea siswa international kemudian melakukan research di University de Paris, Sorbonne dan lulus S2 dengan predikat with distinction dari sebuah universitas terkemuka di Inggris.

Semua itu, buah dari pendidikan akhlak dan kecintaan intelektual yang ditanamkan oleh Bu Mus dan Pak Harfan. Kedua orang hebat yang mungkin bahkan belum pernah keluar dari pulau mereka sendiri di ujung paling Selatan Sumatera sana.

Banyak hal-hal inspiratif yang dimunculkan buku ini. Buku ini memberikan contoh dan membesarkan hati. Buku ini memperlihatkan bahwa di tangan seorang guru, kemiskinan dapat diubah menjadi kekuatan, keterbatasan bukanlah kendala untuk maju, dan pendidikan bermutu memiliki definisi dan dimensi yang sangat luas. Paling tidak laskar pelangi dan sekolah miskin Muhamaddiyah menunjukkan bahwa pendidikan yang hebat sama sekali tak berhubungan dengan fasilitas. Terakhir cerita laskar pelangi memberitahu kita bahwa bahwa guru benar-benar seorang pahlawan tanpa tanda jasa.

 

Sumber :

http://aditiodoank.wordpress.com/2011/05/05/bu-muslimah-dalam-film-laskar-pelangi/

http://rijal28.wordpress.com/2008/10/07/sinopsis-buku-laskar-pelangi/

http://handikabp.blogspot.com/2013/02/sinopsis-novel-laskar-pelangi-lengkap.html

Kesusastraan Indonesia

Hasil seminar lustrum menyatakan bahwa hermeneutika merupakan landasan untuk membentuk identitas Fakultas Sastra. Karena Fakultas Sastra USD bergelut dalam bidang humaniora: bahasa, sastra, dan sejarah, maka permasalahan mengerucut menjadi bagaimana landasan hermeutika tersebut diimplementasikan dalam ilmu bahasa, sastra, dan sejarah.

Di dunia persekolahan dan di dalam masyarakat kita, ilmu sastra menduduki posisi yang sangat marginal. Hal ini dapat kita lihat di SMA, siswa-siswi yang pandai hampir secara otomatis dimasukkan ke dalam kelompok IPA; siswa-siswi yang kurang pandai ke dalam kelompok IPS; dan yang tidak pandai ke dalam kelompok Bahasa. Fakta di lapangan menunjukkan bahwa tidak semua SMA memiliki jurusan Bahasa. Hanya sedikit SMA, baik swasta maupun negeri, yang membuka jurusan Bahasa. Karena itu, sudah sejak awal, ilmu sastra bukanlah sebuah bidang pilihan. Orang tua dan guru akan mendorong anak-anaknya mempelajari ilmu-ilmu pasti dan ilmu-ilmu sosial dan bukan ilmu-ilmu humaniora. Mereka seringkali merasa cemas bila anaknya memilih belajar bahasa dan sastra, terutama bahasa dan sastra Indonesia. Hal ini didasari oleh tiga asumsi yang keliru yaitu (1) belajar sastra adalah mempelajari keindahan kata dan keindahan alam yang bertujuan untuk mendapatkan hiburan. (2) , sastra adalah karya fiksi, karya imaginatif, yang tidak memiliki hubungan dengan fakta-fakta dalam realitas kehidupan. Kalaupun hendak dihubungkan dengan realitas kehidupan, diperlukan mediasi-mediasi teoretis yang rumit, yang tidak semua orang bisa melakukannya dan (3) ada keyakinan bahwa belajar sastra (cerpen/novel) hanyalah mempelajari tema, penokohan, alur, sudut pandang penceritaan, dan gaya bahasa. Keyakinan ini diperkuat dengan pengalaman pengajaran sastra di sekolah (SLTP/SLTA) yang tidak pernah bergerak dari penapisan stuktural (Salam, 2008).

Sejak awal pertumbuhannya sampai sekarang, kajian sastra menunjukkan pola-pola pemikiran (interpretasi) yang berbeda-beda. Mengikuti pandangan Abrams (1981), terdapat empat paradigma kajian sastra, yaitu pendekatan objektif, ekspresif, mimetik, dan pragmatik. Berikut ini secara singkat dikemukakan prinsip-prinsip utama masing-masing pendekatan itu.
Pendekatan Objektif. Pendekatan objektif berusaha menjauhkan hal-hal yang dianggap berbau subjektif (yang disebut sebagai hal-hal bersifat eksternal) dan menekankan studi sastra pada teks sastra itu sendiri (yang disebut sebagai aspek intrinsik). Pendekatan ini sangat dipengaruhi oleh filsafat positivisme yang menekankan objektivitas dan netralitas keilmuan. Akibat pengaruh positivisme itu, pendekatan ini dipandang memenuhi tuntutan dan persyaratan keilmuan (Taum, 1997: 31) karena berhasil mengembangkan sistem dan metode keilmuan untuk memahami objek kajiannya, yaitu teks sastra itu sendiri.

Pendekatan Ekspresif. Pendekatan ekspresif beranggapan bahwa karya sastra pertama dan terutama merupakan pernyataan atau ekspresi batin pengarangnya. Pendekatan ini adalah yang paling mapan dan cukup tua dalam sejarah studi sastra (Wellek dan Warren, 1993: 82). Pendekatan ini dapat dianggap sebagai studi yang sistematis tentang psikologi pengarang dan proses kreatifnya. Teori ini menekankan data biografik dan historik dari pengarang karena dipandang dapat membantu memberikan penjelasan tentang penciptaan dan makna karya sastra. Pendekatan ini mendapat kritik yang sangat tajam dari Wimsatt dan Beardsley melalui buku mereka The Intentional Fallacy (Taum, 1997: 26).

Pendekatan Mimetik. Pendekatan mimetik beranggapan bahwa sastra adalah ekspresi dan bagian dari masyarakat, dan dengan demikian memiliki keterkaitan resiprokal dengan jaringan sistem dan nilai dalam masyarakat tersebut. Pendekatan ini adalah yang paling tua karena dikembangkan orang sejak sebelum masehi tetapi sampai saat ini menjadi sebuah bidang ilmu yang masih muda berkaitan dengan kemantapan dan kemapanan teori ini dalam mengembangkan alat-alat analisis sastra yang relatif masih labil dibandingkan dengan teori sastra berdasarkan prinsip otonomi sastra (Taum, 1997: 47-56).
Pendekatan Pragmatik. Pendekatan pragmatik mengutamakan aspek pembaca. Pendekatan yang mula-mula dikembangkan oleh mazhab Konstanz tahun 1960-an di Jerman ini menggeserkan fokus perhatian dari struktur teks ke arah penerimaan atau penikmatan pembaca. Mazhab Konstanz meneruskan penelitian fenomenologi (Ingarden), strukturalisme Praha (Mukarovsky), dan hermeneutika (Gadamer)

Kini tengah muncul sebuah paradigma baru penelitian sastra yang tidak dapat dikategorikan ke dalam salah satu paradigma Abrams di atas, yaitu pendekatan New Historicism, yang merupakan salah satu bidang dari Cultural Studies. Berbagai asumsi lama mengenai aspek instrinsik dan ekstrinsik, sastra serius dan populer, diruntuhkan. Fokus penelitian diarahkan pada bagaimana sebuah fenomena (misalnya kemiskinan, kebodohan) berhubungan dengan ideologi, ras, kelas sosial, atau gender. Makna dikait dengan praktik kehidupan sehari-hari.
New historicism dapat dipandang sebagai sebuah model interpretasi yang memusatkan perhatiannya pada relasi kekuasaan sebagai konteks yang paling penting dari berbagai macam teks (Brannigan, 1998: 6), dengan memasukkan tiga unsur pokok sekaligus yang sebenarnya berbeda sifatnya, yakni: trancendent (sastra), kontingent (sejarah), dan mere strategic (politik).

 

File PPT :

https://docs.google.com/file/d/0Bw-7A3IYgtRfX2pnUnlMdHV0b1k/edit

Sumber :

http://www.alumni.ugm.ac.id/simponi/?page=kart&ida=242

Sabtu, 30 Maret 2013

Tugas IBD Minggu Ke-4

HTML Online Editor Sample

Nama  : Nur Ali Akbar

Tugas  : Ilmu Budaya Dasar M-1

NPM   :1A111017

Kelas   : 4 KA 33

4. Perubahan Kebudayaan & Peradaban (Studi Kasus “Budaya Facebook”)

Kebudayaan hakekatnya adalah hasil dari pemikiran manusia. Culture atau budaya menurut McIver adalah ekspresi jiwa yang terwujud dalam cara-cara hidup dan berpikir, pergaulan hidup, seni kesusasteraan, agama, rekreasi, dan hiburan, dan yang memenuhi kebutuhan hidup manusia. (dikutip dalam Soekanto, 2002:304). Sebagai sebuah panduan bagi sekelompok masyarakat untuk bertindak dan berperilaku, budaya mewujud, dipelajari dan diaplikasikan salah satunya melalui media komunikasi. Orang tua yang merawat dan membesarkan anaknya melakukan transmisi  budaya  melalui  komunikasi  interpersonal.  Kemudian,  semakin  kompleks sebuah masyarakat semakin kompleks pula perilaku komunikasi yang dijalankan.

Budaya dalam kamus besar bahasa Indonesia mencakup pikiran; akal budi. Akal budi dan pikiran sejatinya karya atau ciptaan manusia yang bermasyarakat, sehingga terbentuk peradaban. Dengan demikian, budaya erat kaitannya dengan masyarakat dan adat istiadat dari generasi ke generasi. Budaya tidak hanya kesenian atau hal-hal yang berkaitan dengan intelektual, namun mencakup seluruh pola kehidupan tatanan masyarakat. Derasnya arus globalisasi telah mengubah cara kita dalam berbudaya. Pelan namun pasti budaya barat dengan paham kapitalisme bukan saja mengubah tatanan sosial yang ada, namun mempengaruhi perilaku, gaya hidup, dan pola pikir masyarakat kita. Budaya ini menumbuh-kembangkan konsumerisme dan hedonisme di segala lapisan masyarakat, laki-laki maupun perempuan, tua maupun muda. Budaya yang telah ada lebih dulu yang merupakan identitas makin memudar, bahkan menghilang. Budaya tersebut kita kenal dengan istilah budaya populer (pop-culture).

Dominic Strinati mengutip pendapat L Gamman dan M Marshment dalam tulisan keduanya berjudul The Female Gaze: Women as Viewer of Popular Culture (1988), mendefinisikan budaya pop sebagai “lokasi pertarungan, di mana banyak dari makna ini (pertarungan kekuasaan atas makna yang terbentuk dan beredar di masyarakat) ditentukan dan diperdebatkan. Tidak cukup untuk mengecilkan budaya pop sebagai hanya melayani sistem pelengkap bagi kapitalisme dan patriarkhi, membiarkan kesadaran palsu membius masyarakat. (Budaya pop) juga bisa dilihat sebagai lokasi di mana makna-makna dipertandingkan dan ideologi yang dominan bisa saja diusik. Antara pasar dan berbagai ideologi, antara pemodal dan produser, antara sutradara dan aktor, antara penerbit dan penulis, antara kapitalis dan kaum pekerja, antara perempuan dan laki-laki, kelompok heteroseksual dan homoseksual, kelompok kulit hitam dan putih, tua dan muda, antara apa makna segala sesuatunya, dan bagaimana artinya, merupakan pertarungan atas kontrol (terhadap makna) yang berlangsung terus-menerus”.

 

Sedangkan dalam Ensiklopedia Encarta, budaya pop diartikan sebagai “values that come from advertising, the entertainment industry, the media, and icons of style and are targeted to the ordinary people in society”. (Encarta reference library, 2004). Budaya pop adalah nilai-nilai yang berasal dari industri iklan, industri hiburan, media dan simbol mode yang ditujukan pada masyarakat awam. Budaya pop mengkhaskan wujudnya dalam sebuah kondisi kepraktisan, pragmatisme, dan keinstanan. Sebuah budaya yang digerakkan oleh kepentingan pasar. Budaya pop secara jelas memiliki dua karakter. Pertama, bersifat instant, memberikan pemuasan sesaat, pasif dan cenderung dangkal. Maka tak jarang budaya ini, dipenuhi oleh intrik seksualitas dan konsumerisme. Kedua, budaya ini juga bersifat massa, sehingga penyebarannya di tengah masyarakat sedemikian cepat.

Facebook merupakan salah satu social network yang ada di internet. dengan facebook kita bisa tau kegiatan teman kita dengan dia mengupdate statusnya dan bisa berkomentar dengan apa yang mereka kerjakan. Selain itu facebook pun menyediakan taging foto yang bisa mengetahui siapa saja yang ada di dalam foto kemudian setelah di taging. foto yang di upload teman kita bisa masuk ke album foto kita. Belum lagi aplikasi aplikasi tambahan seperti game , quiz, dan lain-lain yang bisa kita gunkanan untuk mengisi waktu luang setelah itu fitur group dan calender serta fasilitas invite dalam mengadakan suatu acara.

Facebook telah merambah dalam gaya hidup seorang individu. Bukan saja anak muda, tapi orang tua pun berlomba-lomba membuat akun Facebook agar tak dikatakan ketinggalan jaman. Facebook yang tidak jauh berbeda dengan Friendster adalah sebuah situs jejaring perkawanan (social networking) di dunia maya yang berfungsi sebagai media komunikasi, ekspresi personal, dan media mencari teman baru ataupun lama. Facebook memang menawarkan hampir semua jasa yang disediakan berbagai situs. Facebook dapat digunakan untuk menjalin pertemanan, bergabung ke grup atau komunitas sosial, mengirim surat elektronik, chatting, bermain online game, serta meng-upload video dan foto.

Facebook yang diluncurkan 4 Februari 2004 oleh Zuckerberg di AS, layaknya kacang goreng kini semakin meroket jumlah pengaksesnya. Di Indonesia sendiri, menurut AllFacebook.com, saat ini telah tercatat lebih dari 1,5 juta orang yang terdaftar dalam akun Facebook. Bahkan, Facebook telah berada di rangking kelima sebagai situs yang paling banyak diakses di Indonesia. Tak heran, Indonesia menjadi negara Asia Tenggara dengan tingkat pertumbuhan Facebook tercepat. Bahkan, Indonesia tercatat dalam sepuluh besar negara pemakai situs yang mulai dibuka untuk umum mulai tahun 2006 ini.

Lantas bagaimanakah dengan keberadaan Facebook yang saat ini manjadi ikon anak muda buat media ekspresi yang paling canggih sekaligus fenomenal? Facebook jelas produk bentukan kapitalis yang digerakan oleh kepentingan pasar. Facebook adalah bentuk homogenitas budaya pop (popular culture). Kehadiran Facebook yang seharusnya disikapi sebagai sebuah perkembangan tekhnologi informasi justru jatuh pada tataran pragmatisme massal dimana Facebook hanya dilihat sebagai sebuah aksen penjelas akan makna gaul dan eksistensi seorang individu. “gak gaul loe kalo gak punya facebook…!!!”. Gaul hanya dimaknai sempit ketika seseorang mempunyai account di Facebook selebihnya tidak. Jelas ini adalah sebuah proses pereduksian dan pendangkalan akan makna-makna luhur kehidupan. Individu merasa keberadaannya tidak diakui jika tidak memiliki account di Facebook. Dirinya hanyalah dihargai sebatas kepemilikan account di Facebook itu. Tanpa memilikinya ia merasa dirinya mati. Bila pendangkalan ini terus dipelihara dan dibudidayakan, makna dan penghargaan terhadap insan manusia semakin jatuh. Hasilnya adalah tidak adanya bentuk-bentuk penghargaan terhadap manusia sebagai insan. Ini pun dapat menjadi indikasi kehancuran sebuah kebudayaan.

Sedemikian seriuskah? Memang terkesan remeh dan kita sebagai seorang individu bisa mengelak bahwa Facebook adalah bentuk adaptasi demi mengikuti perkembangan zaman. Namun apakah kita sadar kalau seharusnya Facebook sudah masuk pada tataran rasionalisasi?. Tampaknya budaya global dari efek media sudah benar-benar pada tahap syndrome hyperreality. Lihat saja sebuah pemanfaatan yang sia-sia akan kecanggihan teknologi informasi jika Facebook hanya dimaknai sebagai arena curhat, arena pembohongan publik, atau sekedar arena gagah-gagahan (narcis) seorang individu layaknya memakai t-shirt bergambar Che Guevara tanpa pernah tahu bagaimana perjuangannya, menggunakan atribut Palestina tanpa pernah tahu betapa berartinya bertahan hidup di Gaza sana. Kita tidak sadar kalau kita sebagai individu digiring pada wilayah instant yang malah semakin mendegradasikan kehidupan kita bila kita tidak memaknai penuh bijak kehadiran Facebook ini. Kita telah menjadi sasaran konsumerisme dan konsumtivisme budaya pop.

Resistensi yang dapat kita lakukan terhadap kultur singularitas peradaban yang ditampilkan dalam aksen “Facebook” dapat dilakukan dengan proses internalisasi. Hal ini dikarenakan homogenitas budaya pop itu mengarah pada pendangkalan, solusi yang harus dilakukan adalah pendalaman. Internalisasi merupakan suatu proses memaknai kembali secara mendalam makna-makna hidup. Makna hidup yang tadinya dihargai secara dangkal, kali ini digali dan diselami. Selain itu perkembangan Facebook harus diikuti dengan pengembangan budaya literasi sehingga Facebook tidak berhenti sebagai sebuah gejala temporer semata.

Sumber :

L Gamman dan M Marshment. The Female Gaze: Women as Viewer of Popular Culture (1988)

AllFacebook.com

Tugas IBD Minggu Ke-3

HTML Online Editor Sample

Nama  : Nur Ali Akbar

Tugas  : Ilmu Budaya Dasar M-1

NPM   :1A111017

Kelas   : 4 KA 33

 

3. KEBUDAYAAN INDONESIA

3.1 Kebudayaan (Tinjauan dan Defisi)

Budaya dan kebudayaan adalah berasal dari kata yang sama namun memiliki arti yang relatif berbeda. Budaya adalah sebuah kata dasar. Sedangkan Kebudayaan adalah kata budaya yang mendapat imbuhan ke dan an. Budaya berasal dari kata sansekerta buddayah yang nerupakan bentuk jamak dari kata budhi yang artinya akal. Budaya artinya mempunyai pikiran dan akal budi. Kebudayaan adalah hasil dari kegiatan, pengetahuan dan penciptaan akal budi manusia sebagai makhluk individu dan sosial yag digunakan bagi kesejahteraan hidupnya.

Kebudayaan juga dapat diartikan sebagai hasil cipta, rasa dan karsa manusia yang dilakukan secara sadar. Cipta, rasa dan karsa adalah faktor yang menghasilkan kebudayaan. Cipta adalah kemampuan akal pikiran yang menghasilkan ilmu pengetahuan. Rasa adalah kemampuan indra yang mendorong manusia mengembangkan rasa indah yang mampu menghasilkan karya-karya seni atau kesenian. Dan karsa adalah sebuah kehendak manusia terhadap kesempurnaan hidup, kemuliaan dan kebahagiaan.

Unsur-unsur Kebudayaan :

1. Unsur peralatan dan erlengkapan hidup, seperti : rumah, pakaian, kendaraan, dll

2. Unsur mata pencaharian / sistem ekonomi, seperti pegawai, petani, buruh, dll

3. Unsur sistem kemasyarakatan, yang meliputi: hukum, kekerabatan, perkawinan, dll

4. Unsur bahasa baik lisan maupun tulisan yang berfungsi sebagai alat komunikasi

5. Unsur Kesenian, seperti seni tari, seni musik, seni rupa, dll

6. Unsur Ilmu pengetahuan dan teknologi, seperti: pengetahuan alam, perbintangan, pertambangan, komputer, dll

7. Unsur agama dan kepercayaan

 

3.2 Ragam Kebudayaan Indonesia

Kebudayaan Indonesia bisa diartikan seluruh ciri khas suatu daerah yang ada sebelum terbentuknya nasional indonesia,yang termasuk kebudayaan Indonesia itu adalah seluruh kebudayaan lokal dari seluruj ragam suku-suku di Indonesia.

Kebudayaan Indonesia walau beraneka ragam,namun pada dasarnya terbentuk dan dipengaruhi oleh kebudayaan besar lainnya seperti kebudayaan Tionghoa,kebudayaan India dan kebudayaan Arab.

Berikut kebudayaan-kebudayaan yang ada di Indonesia.
A. Nama-nama Alat Musik Daerah

1 Alosu : Berupa kotak anyaman daun kelapa, didalamnya berisi biji-biji - Dari SulawesiSelatan.

2 Anak Becing : Berupa dua batang logam seperti pedayung – dari Sulawesi Selatan.

3 Angklung : Terbuat dari bambu – Dari Jawa Barat

4 Aramba : Bentuknya seperti bende - Dari Pulau Nias.

5 Arumba : Terbuat dari Bambu - Dari daerah Sunda.

6 Atowo : Sejenis genderang - Dari Papua.

7 Babun : Sejenis kendang - Dari Kalimantan Selatan.

8 Basa-basi : Sejenis terompet dari bambu yang di pasang rangkap – Dari SulawesiSelatan

9 Calung : Terbuat dari bambu - Dari daerah Sunda

10 Cungklik : Sejenis kulintang dari kayu -Dari Pulau Lombok

 11 Dog-dog : Sejenis genderang - Dari Jawa Barat.

12 Doli-doli : Berupa empat bilah kayu lunak - Dari Pulau Nias

13 Druri Dana : Berupa bambu yang dikerat seperti garpu penala - Dari Pulau Nias.

14 Faritia : Aramba kecil – Dari Pulau Nias

15 Floit : Seruling bamhu- Dari daerah Maluku

16 Foi Mere : Sejenis seruling-Dari Pulau Flores

3.3 Agama dan Budaya

Agama merupakan sebuah integritas seseorang ataupun sekelompok orang dan dianggap sebagai jalan hubungan antara manusia dengan Sang Penguasa kehidupan dan bersifat mengikat setiap individu yang mengaku beragama. Agama juga sering disebut sebagai kumpulan doktrin maupun dogma.

 

Budayawan dan juga sosiolog ternama Koentjaraningrat merumuskan "kebudayaan sebagai sistem, gagasan, tindakan maupun hasil kerja manusia dalam rangka berkehidupan yang dijadikan milik manusia dengan belajar".

Contoh budaya dalam tindakan adalah budaya bertutur sapa, budaya makan, dan sebagainya. Bukan hanya tindakan kebudayaan adalah tata cara manusia yang menghasilkan :

  1. Kebiasaan ;
  2. Kepercayaan dan keyakinan ;
  3. Sikap dan mental ;
  4. Ritual dan upacara-upacara ;
  5. Adat istiadat, tata peraturan dan hukum, dan ;
  6. Benda/barang yang membantu atau mempermudah hidup manusia.

Dilihat dari yang dihasilkan dari sebuah kebudayaan, menurut saya Agama merupakan produk budaya manusia. Tetapi hal ini bisa saja terbantahkan apabila kita meninjau kembali peradaban-peradaban manusia di kemudian, Budaya dipengaruhi oleh agama. Dengan demikian pertanyaan apakah agama merupakan produk kebudayaan manusia ? ataukah kebudayaan merupakan hasil dari agama manusia ? Agama mempengaruhi kebudayaan ? Atau sebaliknya, kebudayaanlah yang mempengaruhi agama? dapat dijawab dengan sebuah hubungan timbal balik yang  sangat erat.

Hubungan timbal balik antara agama dan kebudayaan tidak bisa terlepaskan, sebab Masyarakat yang disebut berbudaya pasti masyarakat yang mematuhi segala macam ketentuan dalam agama yang dipercayai, sebaliknya masyarakat yang beragama tentunya memiliki dan menghasilkan kebudayaan yang berdasarkan agama yang dipercayai.

Agama menjadikan manusia semakin berbudaya, dan budaya adalah hasil cipta dan karsa manusia yang memiliki keyakinan bahwa ada kekuatan besar yang mengusai manusia.

Sumber :

http://vatonilv.blogspot.com/2012/04/pengertian-kebudayaan.html

http://kamusq.blogspot.com/search/label/Matematika?max-results=8

http://www.scribd.com/doc/39734443/Ragam-Budaya-Indonesia

http://www.katanatalius.com/2012/10/agama-dan-kebudayaan.html

Tugas IBD Minggu ke-2

HTML Online Editor Sample

Nama  : Nur Ali Akbar

Tugas  : Ilmu Budaya Dasar M-1

NPM   :1A111017

Kelas   : 4 KA 33

2. MANUSIA DAN KEBUDAYAAN
       

     Manusia dan kebudayaan merupakan salah satu ikatan yang tidak bisa dipisahkan dalam suatu kehidupan. Manusia sebagai makhluk tuhan yang paling sempurna menciptakan kebudayaan mereka sendiri hingga turun-temurun.Budaya tercipta dari kegiatan dalam kehidupan sehari-hari dan juga di atur oleh sang pencipta.
 

2.1 Manusia

-  Sifat

Sasaran pendidikan adalah manusia. Pendidikan bermaksud membantu peserta didik untuk menumbuh kembangkan potensi-potensi kemanusiaannya. Manusia memiliki ciri khas yang berbeda dari hewan. Ciri khas yang membedakanny dari hewan yaitu sifat hakekatnya manusia, secara hakiki sifat tersebut hanya dimiliki oleh manusia dan tidak terdapat pada hewan.

Manusia sebagai salah satu makhluk yang hidup di muka bumi merupakan makhluk yang memiliki karakter paling unik. Letak perbedaannya antara manusia dengan makhluk lainnya adalah kemampuannya melahirkan kebudayaan. Di samping itu manusia di beri akal pikiran sehingga dapat memahami ilmu yang diturunkan Allah berupa Al-Quran. Manusia bermatrabat mulia kalau mereka sebagai khalifah Allah tetap hidup berdasarkan ajaran Allah. Oleh karena itu manusia akan selau mulia dan di lebihkan dari makhluk lainnya sepanjang tetap memanfaatkan potensinya itu.

- Hakekat

Sifat hakikat manusia menjadi bidang kajian filsafat khususnya filsafat antropologi. Hal ini menjadi keharusan oleh pendidikan bukanlah sekedar praktek melainkan praktek berlandaskan dan bertujuan. Sifat hakikat manusia diartikan sebagai ciri-ciri karakteristik yang secara prinsipil ( bukan gradual ) membedakan manusia dari hewan. Bentuknya ( misalnya orang utan ) bertulang belakang seprti manusia, berjalan tegak dengan menggunakan kakinya, melahirkan dan menyusui anaknya.

2.2 Ciri Dasar Yang Membedakan Manusia Dengan Makhluk Lain

Tuhan menciptakan manusia sebagai makhluk yang paling sempurna diantara makhluk lainnya, yaitu memiliki akal sehat dan pikiran yang tidak dimiliki oleh makhluk lain.

Letak perbedaan yang paling utama antara manusia dengan makhluk lainnya adalah dalam kemampuannya melahirkan kebudayaan. Kebudayaan hanya manusia saja yang memlikinya, sedangkan binatang hanya memiliki kebiasaan-kebiasaan yang bersifat instinctif.

2.3 Kepribadian Manusia

Kepribadian adalah keseluruhan cara seorang individu bereaksi dan berinteraksi dengan individu lain.Kepribadian paling sering dideskripsikan dalam istilah sifat yang bisa diukur yang ditunjukkan oleh seseorang.

Ciri-ciri kepribadian:

a.       Kepribadian Yang Sehat

  • Mampu menilai diri sendiri secara realisitik; mampu menilai diri apa adanya tentang kelebihan dan kekurangannya, secara fisik, pengetahuan, keterampilan dan sebagainya.
  • Mampu menilai situasi secara realistik; dapat menghadapi situasi atau kondisi kehidupan yang dialaminya secara realistik dan mau menerima secara wajar, tidak mengharapkan kondisi kehidupan itu sebagai sesuatu yang sempurna.
  • Mampu menilai prestasi yang diperoleh secara realistik; dapat menilai keberhasilan yang diperolehnya dan meraksinya secara rasional, tidak menjadi sombong, angkuh atau mengalami superiority complex, apabila memperoleh prestasi yang tinggi atau kesuksesan hidup. Jika mengalami kegagalan, dia tidak mereaksinya dengan frustrasi, tetapi dengan sikap optimistik.
  • Menerima tanggung jawab; dia mempunyai keyakinan terhadap kemampuannya untuk mengatasi masalah-masalah kehidupan yang dihadapinya.
  • Kemandirian; memiliki sifat mandiri dalam cara berfikir, dan bertindak, mampu mengambil keputusan, mengarahkan dan mengembangkan diri serta menyesuaikan diri dengan norma yang berlaku di lingkungannya.
  • Dapat mengontrol emosi; merasa nyaman dengan emosinya, dapat menghadapi situasi frustrasi, depresi, atau stress secara positif atau konstruktif , tidak destruktif (merusak)
  • Berorientasi tujuan; dapat merumuskan tujuan-tujuan dalam setiap aktivitas dan kehidupannya berdasarkan pertimbangan secara matang (rasional), tidak atas dasar paksaan dari luar, dan berupaya mencapai tujuan dengan cara mengembangkan kepribadian (wawasan), pengetahuan dan keterampilan.
  • Berorientasi keluar (ekstrovert); bersifat respek, empati terhadap orang lain, memiliki kepedulian terhadap situasi atau masalah-masalah lingkungannya dan bersifat fleksibel dalam berfikir, menghargai dan menilai orang lain seperti dirinya, merasa nyaman dan terbuka terhadap orang lain, tidak membiarkan dirinya dimanfaatkan untuk menjadi korban orang lain dan mengorbankan orang lain, karena kekecewaan dirinya.
  • Penerimaan sosial; mau berpartsipasi aktif dalam kegiatan sosial dan memiliki sikap bersahabat dalam berhubungan dengan orang lain.
  • Memiliki filsafat hidup; mengarahkan hidupnya berdasarkan filsafat hidup yang berakar dari keyakinan agama yang dianutnya.
  • Berbahagia; situasi kehidupannya diwarnai kebahagiaan, yang didukung oleh faktor-faktor achievement (prestasi), acceptance (penerimaan), dan affection (kasih sayang).

-          Kepribadian Yang Tidak Sehat

  • Mudah marah (tersinggung)
  • Menunjukkan kekhawatiran dan kecemasan
  • Sering merasa tertekan (stress atau depresi)
  • Bersikap kejam atau senang mengganggu orang lain yang usianya lebih muda atau terhadap binatang
  • Ketidakmampuan untuk menghindar dari perilaku menyimpang meskipun sudah diperingati atau dihukum
  • Kebiasaan berbohong
  • Hiperaktif
  • Bersikap memusuhi semua bentuk otoritas
  • Senang mengkritik/mencemooh orang lain
  • Sulit tidur
  • Kurang memiliki rasa tanggung jawab
  • Sering mengalami pusing kepala (meskipun penyebabnya bukan faktor yang bersifat organis)
  • Kurang memiliki kesadaran untuk mentaati ajaran agama
  • Pesimis dalam menghadapi kehidupan
  • Kurang bergairah (bermuram durja) dalam menjalani kehidupan

2.4 Kepribadian Bangsa Timur

Kepribadian bangsa timur adalah sikap yang dimiliki oleh suatu negara untuk menentukan penyesuaian dirinya terhadap lingkungan. Manusia tidak dapat berdiri sendiri dan manusia juga membutuhkan manusia lainnya untuk dapat bertahan hidup. Rasa kebersamaan yang kuat bisa disebut juga sebagai kepribadian bangsa.

Kepribadian bangsa timur sangat berbeda dengan kepribadian bangsa barat, dari wilayahnya pun sangat berbeda, lingkungan, dan gaya hidupnya. terutama dalam kepribadian setiap bangsa seperti bangsa barat dan timur dari kepribadian,kebudayaan dan kebiasaan berbeda. Bangsa timur adalah bangsa yang dikenal sangat baik dan ramah. mempunyai sifat toleransi yang tinggi dan saling tolong menolong.

Unsur-unsur kebudayaan asing yang mudah diterima adalah unsur kebudayaan kebendaan seperti peralatan yang mudah dipakai dan sangat bermanfaat bagi masyarakat yang menerimanya. Contohnya : komputer, handphone,  dan lain – lain.

 

Unsur-unsur kebudayaan asing yang sulit diterima yaitu  :

  • Unsur-unsur yang mempelajari taraf pertama proses sosialisasi. Contohnya adalah makanan pokok masyarakat.
  • Generasi muda cepat menerima unsur-unsur kebudayaan asing yang masuk melalui proses akulturasi. Sebaliknya generasi tua, dianggap sebagai orang-orang kolot yang susah menerima unsur baru.
  • Unsur-unsur yang menyangkut sistem kepercayaan seperti ideologi, falsafah hidup dan lain-lain.
  • Suatu masyarakat yang terkena proses akulturasi, selalu ada kelompok-kelompok individu yang sukar sekali atau bahkan tak dapat menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan yang terjadi.

Sumber :

http://laelatulafifah.blogspot.com/2011/11/manusia-dan-kebudayaan.html

http://opinisaya.net/hakikat-manusia-dan-sifat-hakikat-manusia.xhtml

http://id.wikipedia.org/wiki/Kepribadian

http://etrisetiowati.blogspot.com/2012/03/kepribadian-bangsa-timur_21.html